Deteksi Cepat Penyakit dengan RDT: Bagaimana Cara Kerjanya?

still-life-positive-coronavirus-tests

Dalam dunia medis, semakin cepat suatu penyakit terdeteksi, semakin besar peluang untuk pengobatan yang efektif dan pencegahan penyebaran.

Salah satu terobosan yang memudahkan proses diagnosis adalah Rapid Diagnostic Test (RDT), atau dalam bahasa Indonesia disebut Tes Diagnostik Cepat.

Teknologi ini memungkinkan tenaga kesehatan (bahkan individu biasa) untuk pemeriksaan awal terhadap suatu penyakit dalam hitungan menit.

Lalu, bagaimana sebenarnya cara kerja RDT dan mengapa alat ini begitu penting? Simak penjelasan berikut ini!

Apa Itu Rapid Diagnostic Test (RDT)?

Rapid Diagnostic Test (RDT) adalah alat uji medis yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu penyakit atau kondisi kesehatan tertentu dalam tubuh seseorang.

Tes ini dirancang agar dapat memberikan hasil dalam waktu singkat, biasanya hanya dalam waktu 10-30 menit, tanpa memerlukan peralatan laboratorium yang kompleks.

RDT sering digunakan untuk mendeteksi keberadaan infeksi atau zat tertentu dalam tubuh yang terbentuk akibat paparan patogen, seperti virus, bakteri, atau antibodi.

RDT menjadi pilihan utama untuk skrining cepat, terutama di daerah terpencil atau saat terjadi wabah penyakit.

Bentuknya biasanya menyerupai alat tes kehamilan: kecil, portabel, dan mudah digunakan.

Tes ini sering digunakan untuk mendeteksi penyakit menular seperti:

  • Malaria

  • COVID-19

  • HIV

  • Demam berdarah

  • Hepatitis

  • Infeksi saluran kemih (ISU)

RDT bekerja dengan cara mendeteksi antigen (bagian dari patogen), antibodi (reaksi tubuh terhadap infeksi), atau bahan genetik dari virus atau bakteri.

Sampel yang digunakan bisa berupa, darah, air liur, urin maupun cairan tubuh lainnya.

Sampel ini kemudian diteteskan ke perangkat uji (biasanya berupa strip atau kaset kecil), dan hasil akan muncul sebagai garis berwarna, mirip dengan tes kehamilan.

Bagaimana Cara Kerjanya?

RDT bekerja berdasarkan prinsip reaksi imunologis, yaitu interaksi antara antigen (bagian dari virus atau bakteri) dan antibodi (zat yang diproduksi tubuh untuk melawan patogen).

Proses umumnya berlangsung dalam tiga langkah utama:

1. Pengambilan Sampel

Langkah pertama adalah mengambil sedikit sampel dari tubuh. Jenis sampel disesuaikan dengan penyakit yang dicurigai. Contohnya:

  • Darah (biasanya dari ujung jari) – untuk mendeteksi penyakit seperti malaria, HIV, dan demam berdarah.

  • Air liur – sering digunakan untuk COVID-19 atau infeksi saluran pernapasan.

  • Urin – digunakan dalam beberapa tes kehamilan atau infeksi saluran kemih.

  • Cairan tubuh lainnya – sesuai kebutuhan diagnosis.

 2. Penerapan Sampel ke Alat Tes

Setelah sampel diambil, tetesan kecil akan dimasukkan ke dalam area khusus di perangkat RDT (biasanya berbentuk strip seperti alat tes kehamilan atau kaset kecil).

Perangkat RDT ini sudah dilengkapi dengan zat kimia (disebut reagen) yang bisa mengenali keberadaan antigen atau antibodi.

Jika antigen atau antibodi dari penyakit tersebut ada di dalam sampel, mereka akan bereaksi dengan reagen.

3. Reaksi dan Hasil

Setelah beberapa menit (biasanya 10–30 menit), hasilnya akan muncul dalam bentuk garis-garis berwarna pada strip.

  • Satu garis (kontrol saja) → Tes valid, tapi hasil negatif (tidak ditemukan antigen/antibodi).

  • Dua garis (kontrol + uji) → Tes valid dan hasil positif (antigen atau antibodi terdeteksi).

  • Tidak ada garis kontrol → Tes tidak valid, mungkin ada kesalahan teknis atau perangkat rusak, dan perlu diulang.

Contoh ini sangat mirip dengan cara kerja alat tes kehamilan, yang juga menggunakan sistem serupa.

Meskipun terlihat sederhana, RDT merupakan teknologi pintar yang mengandalkan biologi molekuler dan imunologi untuk mendeteksi infeksi secara cepat.

Dengan hanya beberapa tetes sampel dan waktu tunggu singkat, alat ini mampu memberikan informasi awal yang sangat penting bagi tenaga medis untuk mengambil tindakan lebih lanjut.

Facebook
Twitter

Related Articles

en_US